Diceritakan, ada
seorang anak muda yang mempunyai temperamen tinggi. Seringkali karena hal-hal
sepele, dia mudah tersinggung dan marah, bahkan bila perlu berkelahi dengan
orang lain yang dianggap telah menghinanya.
Orangtuanya berkali-kali menasihati agar
belajar bersabar dan mau mengerti orang lain, tetapi si anak tidak menggubris
dan menganggapnya sebagai angin lalu. Suatu hari saat berkendara di jalan raya,
sepeda motor yang dikendarai bersama temannya dilanggar oleh orang lain.
Sifat pemarahnya pun muncul. Dengan perasaan
jengkel, segera saja motor itu dikejar dan dipepet dengan tingkah sok jagoan.
Merasa dirinya menang, saat menyaksikan orang tadi meminggirkan motornya, dia
pun tancap gas sambil tertawa terbahak-bahak. Bapak hanya ingin mengingatkan
kepada kalian, bahwa hidup ini adalah berkat! Berkat yang tidak boleh
disia-siakan oleh siapapun.Maka paling sedikit, berusahalah bermanfaat bagi
dirimu sendiri.
Jika kalian merasa belum bisa menjadi berkat
bagi orang lain, ya setidaknya cobalah jangan menjadi batu sandungan untuk
orang lain. Dengan berkendaraan ugal-ugalan, bukan hanya tidak menghargai
berkat yang diberikan Yang Maha Kuasa, kalian juga telah menjadi batu sandungan
bagi kehidupan orang lain.
Itu sungguh hidup yang sia-sia. Bapak tidak
ingin kalian menjadi orang seperti itu. Harap kalian mengerti." Netter
yang Bijaksana, Himpitan beban kehidupan, sering kali membuat manusia sekarang
ini mudah tersinggung dan sibuk mengumbar emosi.
Semakin arogan terasa semakin hebat. Apalagi
jika bisa menindas orang lain, akan merasa dirinya jagoan. Hal ini sungguh
"penyakit mental" yang tidak perlu dipelihara alias harus segera
dibuang! Perlu diingat, bila belum mampu menjadi berkat bagi orang lain,
setidaknya jangan menjadi batu sandungan bagi sesama.