"Putra Anda di
sini," kata perawat kepada pria tua yang berbaring lemah di atas ranjang.
Si perawat mengulang kata-katanya berulang kali sebelum mata pria tua itu
terbuka. Pria tua itu tampak sangat tenang dan hanya setengah sadar setelah
mengalami serangan jantung pada malam sebelumnya. Ia bisa melihat samar-samar
bentuk postur seorang pemuda berseragam marinir, yang tengah berdiri di samping
ranjangnya.
Pria tua itu mengulurkan tangannya hendak
menyentuh tangan si pemuda. Jari-jari tangan yang kuat menggenggam tangan lemah
si pria tua dengan lembut. Perawat membawakan sebuah kursi, agar marinir itu
bisa duduk di samping ranjang.
Sepanjang malam, Marinir muda itu duduk dalam
kamar yang berpenerangan redup, sembari memegang tangan pria tua itu dan
mengatakan kata-kata penyemangat. Pria tua yang sekarat itu hanya diam saja,
tapi tak melepaskan genggaman lemahnya pada tangan si pemuda. Seakan terlupa
akan bunyi tabung oksigen, suara rintihan dari pasien lainnya, dan kesibukan
para penjaga malam rumah sakit yang keluar masuk bangsal rumah sakit, Marinir
itu tetap saja berada di sisi pria tua itu.
Saat saya sadar bahwa dia sangat membutuhkan
seseorang untuk berada di sampingnya, saya putuskan untuk menemaninya..."
(Cerita bersumber dari Buku Chicken Soup for the Couple\'s Soul karya Jack
Canfield and Mark Victor Hansen)
Betapa besarnya hati
Marinir dalam kisah di atas. Andaikan kita berada di posisinya saat itu,
akankah kita berbuat kebaikan yang sama?