Setelah itu, pria pemilik keledai menaikkan anaknya ke atas keledai dan mereka meneruskan perjalanan. Tapi sesaat kemudian, mereka kembali berpas-pasan dengan sekelompok pria. Salah satu dari mereka berkata, "Lihat anak malas itu. Ayahnya dibiarkan berjalan sedang dia sendiri naik di atas keledai."
Kemudian, pria itu menyuruh anaknya turun dan dia sendiri naik ke atas keledai. Tetapi, mereka belum berjalan jauh ketika mereka bertemu dengan dua wanita. Salah satu dari wanita itu berkata pada temannya, "Tak tahu malu orang udik itu. Masa anak kecilnya dibiarkan berjalan."
Mendengar omongan wanita itu, pria pemilik keledai itu menjadi bingung. Akhirnya, pria itu mengangkat anaknya untuk duduk di atas keledai. Ketika mereka tiba di kota, orang-orang yang lewat mencemooh dan menunjuk ke arah mereka. Pria pemilik keledai berhenti dan bertanya apa yang mereka olokan. Orang-orang itu berkata, "Tidakkah kau malu membebani keledai malangmu itu dengan kalian berdua?"
Pria itu dan anaknya turun dari keledai dan berusaha keras mencari jalan keluar. Mereka terus berpikir, hingga akhirnya mereka memotong sebatang galah. Kaki-kaki keledai itu diikatkan pada galah. Pria itu dan anaknya mengangkat keledai itu dengan batang galah itu dan memanggulnya. Mereka terus berjalan di tengah tertawaan banyak orang yang berpas-pasan dengan mereka hingga akhirnya mereka tiba di sungai dekat pasar. Saat itu karena salah satu kaki keledai itu lepas dari ikatan, si keledai menendang dan menyebabkan anak laki-laki itu menjatuhkan pegangannya pada galah. Sambil meronta-ronta, akhirnya keledai itu terjatuh ke sungai dengan kaki depannya masih dalam keadaan terikat. Keledai itu pun tenggelam.
Kisah ilustrasi di atas, mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu dan tidak bisa menyenangkan semua orang. Jika kita tidak punya pendirian yang benar dan konsisten seperti pria pemilik keledai tadi, kita akan mudah terombang-ambing oleh perkataan dan cemoohan orang lain. Padahal belum tentu apa yang dikatakan atau dicemoohkan orang lain tentang diri kita, tidak benar adanya.
Karena itu, berhentilah untuk berusaha menyenangkan hati dan perasaan orang lain karena perbuatan ini akan sia-sia dan kita sendirilah yang akan menderita pada akhirnya. Jika kita meyakini betul bahwa tindakan kita itu benar, tidak merugikan sesama, dan tidak melanggar norma-norma yang ada di masyarakat, abaikan saja apa yang dikatakan orang lain!