Penduduk Madinah gempar, pasalnya mereka mendapat kabar bahwa di rumah-rumah orang miskin selalu terkirim sekarung gandum yang digeletakkan didepan pintu. Itu terjadi selama bertahun-tahun. Karung gandum itu datang lagi ketika persediaan gandum mereka sudah menipis. Seseorang telah mengirimkan gandum itu ketika mereka terlelap tidur.
Nampaknya laki-laki dermawan ini sangat hati-hati agar tidak dikenali masyarakat, karena orang-orang selalu gagal memergoki sang pengirim misterius ini. Padahal mereka hanya ingin mengucapkan terima kasih dan mengatakan betapa sangat berartinya sekarung gandum itu untuk keluarga mereka.
Walau berita ini menggemparkan, tapi sampai bertahun-tahun tidak ada seorangpun yang mengaku sebagai pengirim gandum tersebut. Memahami sang pengirim tidak mau diketahui identitasnya, maka penduduk miskin itu hanya mengirimkan doa ketika mendapati gandum tergeletak didepan pintu, agar Alloh SWT memuliakan sang dermawan di dunia dan di akhirat.
Suatu malam, setelah menyelesaikan sholat malam, Zainal Abidin berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Dia memastikan malam itu sepi dan tidak ada seorangpun di jalanan. Kakinya menahan beban berat yang dia pikul.
Tiba-tiba seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya! “Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak,” orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Zainal Abidin.
Beberapa saat Zaenal Abidin terperangah. “Ayo cepat! Mana uangnya?!” gertak orang itu sambil mengacungkan pisau. Zaenal Abidin dengan sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok sehingga membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Zaenal Abidin segera menarik topeng yang menutupi wajahnya.
“Siapa kau?!” tanya Zaenal Abidin sambil memperhatikan wajah orang itu.
“Ampun, Tuan, jangan siksa saya. Saya hanya orang miskin,” katanya ketakutan. “Kenapa kau merampokku?” Tanya Zaenal Abidin kemudian.
“Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan,” sahutnya dengan wajah pucat.
“Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu..” kata Ali Zaenal abidin.
Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Zaenal Abidin dengan takjub. “Sekarang pulanglah!” kata Zaenal Abidin. Orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis. “Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertaubat kepada Allah, saya berjanji tidak akan mengulanginya,” kata orang itu penuh sesal.
Zaenal Abidin mengangguk–anggukkan kepalanya. “Hai, orang yang bertaubat! Sungguh, Allah Maha pengampun.”
“Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini,” kata Zaenal Abidin sebelum orang itu pergi. Pencuri itu pun berjanji. Pencuri heran mengapa Zaenal Abidin melarang menceritakan pertemuannya malam itu...
Suatu ketika saat wafatnya Imam Ali Zainal Abidin, orang yang memandikan jenazahnya heran melihat bekas-bekas hitam di punggung jenazah Imam Ali Zaenal Abidin.
Lalu mereka pun bertanya, “Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini? Ini seperti bekas benda yang dipikul setiap hari? Dari mana beliau mendapat bekas ini? "Orang-orang keheranan. mengingat Imam Ali Zaenal abidin adalah Ulama besar, tetapi memiliki punggung menghitam seperti pengangkut barang (kuli) pasar.
“Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Imam Ali Zaenal Abidin ke seratus rumah di Madinah pada malam hari” kata mantan pencuri yang telah bertaubat itu dengan rasa haru. Ia membocorkan rahasia yang tak terpecahkan selama bertahun-tahun.
Menangislah orang-orang miskin yang selama ini selalu mendapat bantuan dari Ali Zaenal Abidin. Mereka baru tahu darimana datangnya gandum yang menghidupi keluarga mereka selama ini. Selama bertahun-tahun mereka tidak berhasil memergoki sang dermawan mulia untuk mengucapkan terima kasih. Mereka baru mengetahui lelaki mulia itu adalah Ali Bin Husein Bin Ali bin Abi Thalib, cucu sahabat Ali bin Abi Thalib RA, sekaligus cicit dari Rosululloh SAW.
Berkata Ibnu ‘Aisyah: Ayahku berkata kepadaku: ”Saya mendengar penduduk Madinah berkata: ”Kami tidak pernah kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga meninggalnya Ali bin Husain” (Sifatus Sofwah (2/96), Aina Nahnu hal. 9)
"Zaenal Abidin" adalah gelar yang diberikan umat islam kepada beliau. "Zaenal Abidin" artinya orang yang indah ibadahnya. Beliau juga punya gelas "As-sajad" artinya orang yang lama sujudnya. Meninggal pada tahun 95 H/713 M dalam usia 57 tahun. Dimakamkan di pemakaman Baqi, Madinah.
Dari Ibnu Mas'ud. Rasululloh SAW bersabda : ”Sesungguhnya sedekah dengan tersembunyi memadamkan kemarahan Allah” (As-Shohihah 4/539, hadits no. 1908)
”Tujuh golongan yang berada dibawah naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah, Imam yang adil, dan seorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya” [ HR Al-Bukhori (1423) dan Muslim (2377)]
Ya Alloh selamatkan amal-amal kami, masukkan kami dalam hamba-Mu yang kau beri naungan di akhirat.
Aamiin...