Saya melirik ke belakang lewat kaca spion. Mata Ibu itu berkaca-kaca. "Saya tak punya keluarga lagi," katanya dengan suara pelan. "Dokter bilang waktu saya tidak lama lagi." Saya langsung mematikan argo. "Mau lewat rute yang mana?" tanya saya.
Dua jam berikutnya, kami menyusuri jalanan di pusat kota. Dia menunjukkan bangunan tempatnya dulu bekerja sebagai operator lift. Lalu, kami melewati perumahan yang pernah ditinggali Ibu dan suaminya ketika masih pengantin baru. Dia meminta saya meminggirkan taksi di depan sebuah gudang furnitur yang dulu menjadi ruangan dansa tempatnya pernah berdansa sewaktu masih muda. Kadang dia meminta saya untuk bergerak lambat di depan sebuah bangunan tertentu atau di sudut jalan. Dia akan duduk terdiam memandang di kegelapan.
Kita sering kali dikondisikan untuk berpikir bahwa kehidupan kita berputar di seputar momen-momen penting. Tapi kadang momen-momen penting itu membuat kita tidak memperhatikan hal-hal terindah yang sering diabaikan oleh kebanyakan orang. Mari kita mulai meluangkan waktu sejenak untuk lebih memperhatikan apa yang menghampiri hidup kita karena mungkin saja hal itu menjadi kejadian terindah dalam hidup kita.